ACEHZONE.COM | BANDA ACEH – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang melanda penjuru dunia khususnya Aceh memperngaruhi pola pikir dan konsumsi masyarakat.
Dimana sebelumnya, masyarakat yang sebelumnya berbelanja offline menjadi online. secara positif globalisasi dapat memberikan peluang lebih besar terhadap kemampuan dibidang teknologi dan ekonomi.
Disisi lain, globalisasi mempengaruhi berbagai macam produk dari luar negeri, dapat dengan mudah masuk dan mendominasi di Indonesia.
Oleh karenanya, Pemerintah menggalakan gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (NBBI). Hal itu dilakukan sebagai upaya membangkitkan ekonomi khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk dalam Negeri, Kementrian Perdagangan (Kemendag), Septo Supriatno mengatakan, sebagai masyarakat harus bisa mengambil budaya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada.
“Kita harus mencintai produk dalam negeri. Dengan membeli dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya, pada kegiatan sosialisasi kecintaan produk dalam negeri kepada masyarakat, di Banda Aceh, Kamis, (27/10).
Sambung Septo, potensi pasar di dalam negeri sangat besar dengan jumlah penduduk Indonesia 277 juta jiwa, menjadi daya tarik bagi pelaku usaha untuk berjuang membuat produk yang berasal dari Indonesia. “Saat ini, perusahaan asing ikut berlomba-lomba memasuki pasar Indonesia.
Oleh karena itu, perlu kesadaran sendiri untuk menjaga pasar dalam negeri dari gempuran produk impor, dengan mencintai dan membelinya.
Menurut Septo, sangat sulit bagi pihaknya untuk mengurangi produk impor. Karena, Indonesia telah menjadi anggota organisasi dunia, dan terikat perjanjian perdagangan yang sifatnya bilateral dan regional.
“UMKM diharapkan dapat menjaga keberlangsungan pemasaran produk dengan cara menggunakan platform digital, serta usaha lokal juga mendapat pasar yang lebih luas,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Banda Aceh, Muda Bahlia mengatakan, saat ini banyak kualitas produk yang dihasilkan di daerah itu sangat baik.
“Tetapi kebanyakan masyarakat tidak memakai produk sendiri, lebih memilih memakai barang luar,” tuturnya.
Padahal, kata Bahlia, produk luar tersebut milik daerah yang diekspor lalu dire-ekspor kembali dengan harga yang lebih mahal. Apalagi ada industri produk yang terbagi menjadi biasa, premium, dan ekspor.
“Stabilitas ekonomi akan terkontrol, apabila produk impor juga demikian. Hari ini pemerintah mengarahkan program percepatan penggunaan produk dalam negeri, dengan harapan di 2023 nanti akan dilakukan pengadaan menggunakan Katalog Elektronik dan semuanya produk lokal,” cetusnya.
Dengan demikian, sambung Bahlia, namun harus memiliki kriteria yakni salah satunya nama dan legalitas.
Direktur CV Donya Drop Daroet, Usuluddin menyebutkan, hal terpenting dalam usaha yakni kualitasnnya. Karena, kalau rendah juga akan mempengaruhi, meningkatkan itu penting untuk memajukan usaha ke depan.
“UMKM adalah pejuang negara karena menyumbangkan devisa, dengan produk-produk ke luar negeri. Jadi Indonesia akan bangkit jika kita berusaha melakukan usaha dengan semangat yang tinggi,” ungkapnya.
Menurutnya, Aceh mempunyai keunggulan komoditas yang sangat luar biasa. Baik itu segi perikanan dan perkebunan. Tergantung kepada pelaku UMKM bagaimana mengolahnya serta membuat produk-produk menarik sehingga bisa dipasarkan keluar negeri.
“Dengan membeli produk Indonesia, meningkatkan investasi secara langsung kepada pelaku UMKM itu sendiri,” imbuhnya.