ACEHZONE.COM | BLANGPIDIE – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dan sekitarnya, pada Jumat (2/9) hingga Sabtu (3/9/2022) pagi, membuat belasan hektare tanaman padi milik petani di kawasan PayaLaot, Desa Lhueng Baro, Kecamatan Manggeng yang baru ditanam terendam banjir luapan dari saluran skunder dilokasi setempat.
Umur tanaman padi di hamparan itu, rata-rata baru satu minggu hingga dua minggu. Namun saat hujan deras terjadi, air dari saluran meluap hingga menggenangi tanaman padI.
“Kalau hujan deras terus melanda, sawah kami ini layaknya rawa. Padahal, dalam bedeng-bedeng sawah terdapat tanaman padi yang menjadi sumber pendapatan para petani disini,” kata Afrizal, Sabtu (3/9) saat dijumpai wartawan.
Para petani setempat kuatir dengan perkembangan tanaman padi mereka yang seakan makin memburuk dan mudah terserang hama. Bahkan dengan terendamnya batang padi yang masih balia itu justru bisa saja proses anakan tidak maksimal dan mudah mati.
“Fenomena alam layaknya danau laut di areal persawahan PayaLaot ini sudah sering terjadi. Bahkan masyarakat yang melintasi jalan Nasional Lintas Banda Aceh-Medan juga tidak asing lagi saat menyaksikan pemandangan yang begitu menakjubkan padahal penderitaan bagi kami (petani),” tuturnya.
Katanya, salah satu penyebab dari masalah itu, karena saluran mulai dangkal dan tebalnya sendimen, termasuk gorong-gorong saluran air tepatnya dibawah badan jalan Nasional Lintas Sumatra juga mulai dangkal.
“Ini bukan persoalan baru lagi bagi petani di Paya Laot, bahkan hampir setiap tahun pemandangan seperti ini terjadi. Sabab, air terkadang mudah sekali terhambat hingga meluap ke areal persawahan. Kalaulah gorong-gorong dibawah badan jalan itu dibangun lebih tinggi dan dalam, bisa jadi tidak akan seperti sekarang lagi” tutur Zulkifli petani lainnya.
Delema yang dirasakan petani PayaLaot itu, tambah Zulkifli, terus menerus dan akan selalu terjadi pada setiap memasuki masa tanam dan ketika hujan deras melanda kawasan setempat. Tidak sedikit petani yang berkurang penghasilan karena tanaman padi mereka sering terendam air.
Mirisnya lagi, kalau sudah mendekati masa panen. Padi yang terendam air tidak bisa langsung dipanen baik menggunakan mesin pemotong atau memakai jasa tukang potong. “Dulu, petani di PayaLaot pernah menggunakan ban dalam mobil yang dibuat layaknya perahu karet untuk mengangkut ubinan yang terendam. Belum lagi, petani juga harus menjemur ubinan itu agar bisa dirontokkan dengan mesin,” sebutnya.
Untuk itu, mereka berharap pemerintah bisa segera mencari solusi agar areal persawahan PayaLaot ini tidak menjadi sasaran luapan air lagi ketika musim penghujan.
“Kami sudah berkali-kali bermohon, namun belum ada solusi. Kami rasanya sudah pesimis kalau masalah ini akam teratasi,” demikian tandasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Acehzone.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Acehzone.com”, caranya klik link https://t.me/acehzone, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.