JAKARTA, ACEHZONE.COM – Beberapa daerah, termasuk kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), sempat dilanda panas terik beberapa hari di periode yang dikatakan puncak musim hujan. Ada apa?
Pada analisis iklim yang dirilis September 2022, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkap “puncak Musim Hujan 2022/2023 di sebagian besar wilayah ZOM (zona musim) diprakirakan terjadi pada bulan Desember 2022 dan Januari 2023 sebanyak 295 ZOM” dari total 699 ZOM.
Di akhir 2022 dan awal 2023 pun, BMKG di pusat dan beberapa daerah pun mewanti-wanti soal hujan ekstrem dan puncak musim hujan yang berpotensi cuaca ekstrem.
Masalahnya, dalam beberapa hari terakhir sejumlah wilayah di Jabodetabek, Bali, hingga Nusa Tenggara cenderung panas terik dengan sesekali berawan. Hujan kadang dijumpai dalam bentuk rintik-rintik dan sesaat.
Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menjelaskan pada dasarian (10 hari berturut-turut) kedua Januari 2023 menjadi fase kering di wilayah Pulau Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara.
“Selamat datang fase kering,” kicaunya di Twitter.
Selamat datang fase kering. Masuk dasarian kedua Januari 2023, atmosfer lebih kering di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara.https://t.co/aZkoHum57n pic.twitter.com/RVJrFFevrb
— Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin) January 12, 2023
Meski demikian, Erma menyebut fase kering itu bukan berarti masuk dalam musim kemarau lebih awal.
“Tapi ada fase jeda monsun dan efek 97W yang menyebabkan selama dasarian kedua Januari (11-20 Januari 2023), awan akan berkurang dan hujan akan lebih jarang terjadi di wilayah selatan ekuator,” lanjutnya.
Monsun sendiri merupakan iklim yang ditandai oleh pergantian arah angin dan musim hujan atau kemarau selang lebih kurang enam bulan, mengikuti posisi matahari pada bulan Juni dan Desember, terdapat di daerah tropis dan subtropis yang diapit oleh benua dan samudra.
Erma juga menyebut masih ada hujan ekstrem di beberapa daerah, seperti Tuban, Bojonegoro, Blora. “penyebabnya adalah awan konvektif yg bersifat lokal.”
Hujan yang sore ini (12/1) terjadi di sebagian Tangerang, Jakarta, Depok, Bogor, berpola V-shapes yang merupakan indikasi bow-echo. Biasanya bow-echo diikuti oleh kejadian angin kencang atau pusaran angin. Semoga tidak ada angin puting beliung di sana. pic.twitter.com/TAYVlcwyGE
— Dr. Erma Yulihastin (@EYulihastin) January 13, 2023
Tanda hujan
Terpisah, Peneliti Meteorologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Deni Septiadi menjelaskan cuaca cenderung panas di sejumlah wilayah di Indonesia di tengah musim hujan ini adalah justru tanda-tanda bakal hujan.
“Bisa jadi itu adalah proses pemanasan permukaan yang sebenarnya adalah rainforce penguatan proses konvektif. Bisa jadi dalam dua tiga hari ke depan hujannya sudah mulai lagi,” kata dia dikutip dari CNNIndonesia.com, sabtu (12/1).
Dikutip dari situsnya, BMKG memprediksi cuaca buruk di beberapa kota untuk Sabtu (13/1) dan Minggu (14/1). Misalnya, Denpasar berawan sepanjang hari Sabtu; berawan dan hujan ringan pada Minggu.
Jambi berawan dan hujan petir pada Sabtu; berawan, hujan ringan, hingga hujan petir keesokan harinya. Sementara, Jakarta Pusat cerah berawan, berawan, hujan ringan pada Sabtu; cerah dan cerah berawan pada Minggu.
Deny mengatakan saat ini fenomena monsun masih menguat di wilayah perairan Indonesia karena monsun melintas dari arah Asia menuju Australia.
Meski demikian, saat ini aliran monsun tidak sekuat pada periode awal Januari 2023 dengan wilayah terkuat ada di selatan Jawa.
“Paling antara 15-20km/jam alirannya. Memang tidak sekuat aliran minggu lalu,” ujar Deny.
Soal fase kemarau, dia mengatakan wilayah yang lebih cepat biasanya ada di Indonesia bagian timur. Namun, hal itu diprediksi baru akan terjadi pada Februari.
“Januari masih belum masuk fase kering,” tandasnya.
