JAKARTA, ACEHZONE.COM – Jelang Pemilu 2024, branding politik memiliki peranan penting membantu organisasi politik seperti politisi, kandidat, atau partai untuk mendulang dukungan.
dilansir dari Antaranews.com Menurut Retno Kusumastuti, konsultan komunikasi REQComm Strategic Consultant, branding politik mampu menciptakan identitas untuk politisi.
“Identitas ini nantinya memudahkan masyarakat untuk membedakan antara satu politisi dengan politisi lainnya. Melalui identitas, image, dan juga reputasi ini diharapkan dapat menciptakan hubungan saling percaya antara politisi dan konsumen politik atau masyarakat,” ujar Retno.
Branding politik, lanjutnya, dapat mengubah dukungan, serta mempertahankan dukungan, image, atau reputasi yang dimiliki parpol hingga politisi yang ingin menjadi wakil rakyat. “Dari brand yang dibangun oleh politisi, otomatis membentuk perasaan, kesan, atau image tertentu di benak masyarakat mengenai politisi tersebut,” katanya.
Seperti di era digital saat ini, Konsultan Komunikasi harus bisa berperan sebagai success maker menciptakan branding personal para caleg hingga calon presiden yang menarik perhatian audience melalui strategi dan kemampuan public relations yang tinggi.
“Terutama di era digital saat ini publik lebih menyukai pesan dengan gaya story telling, ini merupakan kunci sukses bagi brand dengan menggiring persepsi untuk dapat diterima baik oleh publik dan berbagi opini positif di media sosial (word of mouth). Jadi peran konsultan justru semakin dibutuhkan jelang Pemilu 2024 terutama bagi konsultan yang bisa menjembatani antara industri 4.0 dengan Society 5.0,” ujarnya.
Namun parpol maupun politisi jangan sampai salah pilih konsultan komunikasi. Pasalnya, di Pemilu 2024 nanti tantangannya lebih komplek. “Untuk itu, diperlukan konsultan yang berstrategi memperkuat spesialisasi di setiap tim dengan melakukan riset berbasis data dan opini pakar, wawancara pelaku industri, networking media, advisor hingga berlangganan jurnal penelitian sehingga klien bisa mendapatkan gambaran yang utuh apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai goals yang diinginkan,” katanya.
Direktur Aceh Creatif Indonesia, Afijal, S.Kom.,M.Kom di Banda Aceh, Sabtu (28/1/2023) menambahkan, Branding iklan politik dengan sosial media itu berelasi dengan kekuatan dan popularitas yang diberikan. Media sosial kini menjadi jaringan resmi kelompok politik dalam upaya memberikan pesan yang selaras dengan visi yang diusung.
“Kampanye politik dengan pemanfaatan media sosial bukanlah sesuatu yang baru, kampanye politik dengan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok dan YouTube. Penggunaan media sosial telah mengubah pola marketing dan kampanye politik di Indonesia,” Katanya.
“Dampak dari media sosial juga turut membentuk perilaku para politisi. Perilaku politisi ini terbagi dua jenis politisi di ranah digital yaitu Superstar Celebrity Politicians dan Everyday Celebrity Politicians,” Ujarnya.
Jenis politisi superstar celebrity politicians akan menggunakan jenis media siaran televisi, seperti talkshow, debat publik dan lain sebagainya. dimana, sifat teknik marketing politiknya akan terstruktur. Artinya, terdapat koridor-koridor penjelasan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peran atau citra yang akan dimainkan politisi pada kategori ini adalah pemimpin yang kuat dan dalam taraf tertentu berjarak dengan masyarakat dalam suatu wilayah, Jelasnya.
Sedangkan everyday celebrity politicians menggunakan jenis media bukanlah yang sifatnya satu arah melainkan jenis media-media interaktif seperti Instagram, Twitter, Tiktok, Facebook dan YouTube. Strategi marketing politiknya pun berbeda, setiap politisi tidak memiliki struktur baku dalam penjelasannya, dimana politisi dapat menyampaikan pendapat atau bercerita dengan bebas selama berada dalam sekat kenaikan elektabilitas diri sendiri. Pembentukan peran atau citra yang ditunjukkan juga berbeda. Politisi akan menunjukkan potret pribadi yang “memanusiakan” dan dekat dengan masyarakat sebagai calon pemilih pada pemilu 2024 nanti. Tutup Ijal.